Sabtu, 26 Juli 2014

Kekalahan

Seseorang yang sudah berkomitmen untuk selalu mengamalkan dan memberikan ilmu yang dia punya kepadaa anak-anak dan bertahan pada suatu instansi dimana dia dapat melaksanakan komitmennya. Tahun demi tahun dia lewati dengan susah payah dimana dia harus membagi waktu antara kewajibannya terhadap orang tuanya yaitu sekolah, dan kewajibannya terhadap masyarakat atau suatu instansi yaitu mendidik anak-anak nya.
Disetiap akhir tahun yang dia lewati selalu timbul perkataan bahwa "kamu harus menyerah"!  dan ada yang  mengatakan bahwa : "diantara 2 jalan yang kita ambil pasti ada satu jalan yang terabaikan".
Akhirnya pada tahun ke 4 hati nya mulai terguncang hebat, dan kegelisahan menyelimutinya antara bertahan atau menyerah..
Yang pada akhirnya kata menyerahlah yang dia lontarkan.. dengan berusaha untuk tak mendengarkan apa perkataan orang lain, dan tak peduli anggapan mereka seperti apa.
Karena keadaanlah yang membuat nya mengambil kata menyerah dan lebih memilih untuk fokus pada satu jalan, yaitu belajar..
Pengecut, penakut, pecundang, cemen, dll semua perkataan itulah yang selalu terngiang dlm pikiran nya..
Apakah ia sudah kalah ?? Apakah dia seorang pengecut??
Dia menyadari bahwa dia sudah kalah oleh keadaannya sendiri.. bukan keadaan yang dia kalahkan..
Memilih untuk meninggalkan kawan kecilku dan memilih untuk lebih mempertahankan studi ku, walaupun hati kecilku tidak ingin melakukannya.. tetapi raga ini memaksa untuk melakukannya..
I just wanna say.. "I will be miss you all my child" and take care.." :-*

Jumat, 22 Februari 2013

Malam Kelabu..

disudut kamar, aku mencoba untuk memahami semua yang telah terjadi pada keluarga ku..
entah siapa yang salah dan yang benar diantara mereka, aku pun tak tau...
tidak ada hal lain yang aku pikirkan selain bagaimana caranya untuk dapat membuat mereka seperti dulu lagi dan menghidupkan suasana didalam rumah kembali... 
dikala semuanya telah aku lakukan, tetapi tidak membawa perubahan diantaranya, aku pasrah, karena ego ku aku ingin cuek dengan hal yang terjadi ini, terserah mereka mau bagaimana..
dan terkadang aku selalu berpikir, mungkin dengan aku berbaring dirumah sakit atau bahkan dengan tidak adanya aku mereka akan dapat kebali seperti dulu lagi, yang tidak menggunakan ego mereka masing-masing ketika menghadapi suatu konflik aku rela. demi adik-adik ku juga...
bahkan andai aku boleh meminta kepada tuhan.. aku rela mengorbankan apapun demi kerukunan mereka, nyawa sekali pun taruhannya... 

Jumat, 04 Januari 2013

Ikhlas dan Sabar…


Pelajaran yang ku dapat hari ini yaitu ikhlas dan Sabar…
Ikhlas menerima tugas yang diberikan oleh seseorang… tugas yang diberikan para dosen… da tugas rumah yang diberikan oleh orang tua dan suatu kewajiban pula bagi kita selaku anak.. dan tugas-tugas lainnya…
Ikhlas ketika menerima tugas atau pekerjaan dari patnerngajar kita…
yah walaupun orang lain mungkin berfikir bahwa aku ini bodoh,  mau saja disuruh mengerjakan ini itu, yang seharusnya pekerjaan itu dilakukan berdua, tapi malah seorang diri… aku tidak menolak dan menerimanya bukan karena aku sombong dan merasa mampu mengerjakan semuanya seorang diri,  tapi aku hanya berusaha untuk dapat menjalankan amanat dan perintah yang diberikan kepada ku…
Begitu pun sama halnya ketika menerima dari dosen dimana tugas tersebet perkelompok…
Berat memang, dan kalau di piker cape juga pasti iya… ditambah lagi pekerjaan rumah,  dan dengan waktu yang se minim mungkin… dikarenakan lokasi kampus yang jauh dan banyak memakan waktu, sehingga aku harus berangkat lebih awal 1 jam dari rumah di bandingkan dengan yang lain, juga pulang lebih lambat 2 jam d banding yang lain,, oleh sebab itu waktu yang ku punya untuk mengerjakan smua itu hanya sedikit, Itu yang menyebabkan hati dan pikiran ku seolah bertengkar untuk dapat memahami kata ikhlas tersebut…
Namun sebuah keyakinan mencoba dan membuat aku untuk menggunakan kata ikhlas dan sabar dalam menjalankan semuanya, walaupun pastinya banyak memforsir waktu dan tenaga, Cuma disitu lah kita dapat melihat seberapa mampukah diri kita untuk bisa menjalankannya… dan seberapa ikhlas dan sabarkah hati kita untuk menerimanya…
Jadikanlah semua yang ada pada diri kita dan semua yang kita alami sebagai suatu motivasi dan pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik….
Semangaat…. ^_^

New Years…


Kata orang pada malam tahun baru ini harapan dan keinginan kita akan terwujud dengan merayakan atau dengan hanya melihat kembang api…
Ada juga yang mengatakan bahwa merayakan tahun baru itu haram bagi umat muslim…
Dan ada pula yang mengatakan, kalau berpergian pada malam tahun baru itu tidak berguna dan tidak ada manfaatnya, bahkan buang-buang waktu saja…
Sebenarnya iya juga sih… Whatever lah ya… pemahaman setiap orang kan berbeda-beda… iya gk... ?

Tapi yang jelas kita harus berusaha agar apa yang kita inginkan di tahun yang akan datang itu dapat terwujud, dan kita juga harus bersyukur  karena masih diberi kesempatan untuk melakukan hal yang lebih baik lagi kedepannya.
Dan menurut aku merayakan malam tahun baru dengan berpergian juga tidak termasu hal yang buruk, hanya saja kita niatkan untuk tasyakur ilallah atau bersyukur kepada Allah karena kita masih diberi kesempatan hidup di tahun yang akan datang dengan menikmati semua keindahan ciptaan Allah di malam itu…
Dan malam tahun baru ini biasa nya digunakan untuk silahturahmi bersama sanak saudara, teman, dll. Dengan berkumpul, atau berekreasi bersama ke suatu tempat,  atau bahkan ke tempat yang jauh dari kebisingan kota hanya untuk beristirahat dan bernyantai-nyantai ria dari semua aktivitas yang dilakukan selama setahun kemarin..  seperti keluarga ku… hehe
Sungguh begitu indah ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa, gemerlap lampu yang terlihat dari ketinggian, Susana malam yang ramai, suara kembang api yang terus menggelegar di sepanjang jalan bahkan diseluruh kota, canda tawa kegembiraan pada setiap manusia, dan masih banyak keindahan lain yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, semua itu membuat kenyamanan tersendiri di dalam hati…
Bahwa begitu indaaah ciptaan-Mu Tuhan….
Semoga di tahun yang akan datang kita menjadi pribadi yang lebiih baik lagi, dan selalu mensyukuri atas semua nikmat Allah berikan….  Aamiin… ^_^



Rabu, 21 November 2012

‎= Cinta Dalam Sebatang Pena =



“Aku pergi”, ucapku dingin.

Kulihat ayah masih asik mengutak-atik benda entah apa di meja. Sedangkan ibu sibuk mengiris-iris bawang. Biasanya aku selalu mencium tangan kedua orang tuaku sebelum berangkat. Tapi saat ini aku benar-benar kesal dan kecewa pada ayah.

Sudah tiga hari ini aku tidak mendapat uang saku ke sekolah. Minggu itu adikku yang paling kecil dibawa ke rumah sakit karena demamnya cukup tinggi. Dan itu cukup menghabiskan persediaan uang kami, ayah baru akan gajian minggu depan. Bagiku itu tidak terlalu jadi masalah karena sudah terbiasa. Tapi sialnya, pena satu-satunya yang kumilki juga rusak. Tintanya masih banyak, tapi tidak mau keluar ketika dipakai menulis. Dua hari kemarin aku meminjam pena temanku. Dan kemarin, sepertinya ia sudah agak keberatan meminjamkan penanya.

“Kenapa tidak kau beli saja yang baru. Harga pena paling Cuma seribu”, mungkin baginya biasa mengatakan hal itu. Tapi bagiku yang bahkan uang saku saja tidak punya, hal itu sangat menyinggungku.

Jadi tadi malam, aku mengatakan kesulitanku pada ayah.

“Loh, koq penanya sudah rusak. Kan baru dibeli kemarin. Iya kan bu?”

“Ya, kamu pakainya tidak hati-hati kali”, mereka malah menyalahkan aku. Bukannya mendukung.

“Tapi beneran gak mau yah,, coba saja lihat sendiri. Pena ini memang cepat rusak, jadi murah. Makanya kemarin aku minta dibelikan pena pilot saja sama ibu”, aku setengah menangis menyodorkan pena itu pada ayah.

“Lah, kamu kan tahu sendiri uangnya kemarin gak cukup. Kamu masih harus beli buku isi seratus itu kan?”, ibu masih menyuapi adik ketika mengucapkan hal itu.

“Ya sudah, nanti ayah belikan kalau gajian. Besok kamu pinjam pena temanmu dulu”

“Rovan malu yah, lagipula Andika juga sudah keberatan meminjamkannya. Kenapa tidak pinjam uang dulu sama Om Anang. Dia juga sering kan, pinjam duit ayah”, kali ini aku tak dapat menahan tangisku lagi.

“Tidak ada hutang! Ayah tidak pernah mengajarkan hutang padamu kan?”, ayah malah marah ketika aku menawarkan solusi.

Malam itu aku ngambek, tidak makan. Juga pagi-pagin sebelum berangkat sekolah tetap bungkam.

Di sekolah, aku menulis memakai pensil warna. Karena pensilku sedang tumpul. Dan aku sedang tidak mau meminjam apapun dari teman-temanku. Juga saat ada yang menawarkan pena padaku, aku diam saja.

“Van, ayahmu datang. Dia menunggu di gerbang”, seorang temanku yang baru saja keluar menyapa ketika aku mencatat bahan dari guru.

Walaupun masih ngambek, tapi aku penasaran juga. Siapa tahu ayah berubah pikiran dan mau meminjam uang. Jadi aku bisa punya uang jajan dan pena baru. Tapi ternyata ayahku tetap memegang prinsipnya.

“ini tadi sudah ayah perbaiki, sudah mau keluar tintanya. Kamu pakai ini dulu, nanti ayah belikan yang baru”, tangan ayah masih berlumur noda-noda tinta.

Aku masih diam, jadi tadi pagi yang dikerjakan ayah adalah mencoba memperbaiki penaku.

“Ayo ambil, ayah tadi hanya izin sebentar pada pak Seng”, aku mengambil pena itu dan berlari. Tidak mengucapkan apa-apa. Menahan tangisku. Aku benci pada kemiskinan yang melanda kami, tapi aku cinta pada prinsip dan perhatian ayah padaku. Hari itu, aku yang masih kelas lima SD berjanji pada diri sendiri untuk belajar bersungguh-sungguh.

Malamnya kami bercengkerama seperti biasa, sseolah-olah insiden ngambek itu tak pernah terjadi. Inilah yang aku miliki, keluarga yang menyayangiku. Aku sempat mengolok-olok adikku sebentar sebelum membut PR.

Seminggu kemudian, ayah gajian. Kami sekeluarga berbelanja kebutuhan bulanan di Pasaraya. Tentu juga membeli kebutuhan sekolahku, hari itu aku dibelikan tiga batang pena pilot bartu yang sudah lama kuinginkan. Adikku juga dibelikan tas dan alat tulis. Karena seharusnya ia sudah sekolah di Taman Kanak-kanak, tapi karena biaya TK mahal, dia terpaksa diajari membaca sendiri dirumah oleh ayah ibuku. Kedua orang tuaku tidak ada yang lulus SD, tapi beliau masih bisa mengajarkan membaca dan menulis pada kami. Dulu aku juga tidak masuk TK, aku belajar membaca di rumah sebelum masuk SD.

***
Ternyata sebatang pena saja sudah cukup bagiku untuk mengetahui kasih orang tuaku. Mungkin tidak ada harganya bagi mereka yang beruntung, tapi ayahku berjuang membetulkannya dan tetap teguh untuk tidak berhutang. Meski untuk sebatang pena. Tidak seperti ibu, ayah memang tidak pernah secara langsung mengatakan mencintai kami. Begitupun kami, tidak pernah mengungkapkan cinta secara verbal. Karena cinta memang tak perlu dibahasakan, itu bahasa laki-laki.

Meski tintanya sudah tidak ada, aku terus menyimpan pena itu. Ketika melihatnya mataku selalu berair mengingat perjuangan ayah. Sayang, ketika SMA pena itu hilang. Dan itu jauh membuatku lebih sedih ketimbang saat gagal meraih rangking satu di kelas.

Kamis, 15 November 2012

Buat kamu.. :*




Dia hanya dia di duniaku
Dia hanya dia di mataku
Dunia terasa telah menghilang
Tanpa ada dia di hidupku

Sungguh sebuah tanya yang terindah
Bagaimana dia merengkuh sadarku
Tak perlu ku bermimpi yang indah
Karena ada dia di hidupku

Ku ingin dia yang sempurna
Untuk diriku yang biasa
Ku ingin hatinya, ku ingin cintanya
Ku ingin semua yang ada pada dirinya

Ku hanya manusia biasa
Tuhan bantu ku tuk berubah
Tuk miliki dia, tuk bahagiakannya
Tuk menjadi seorang yang sempurna untuk dia

Rabu, 14 November 2012

“Hidup itu sebenarnya masalah..”


Kata dosen pkn, hidup itu sebenarnya masalah, karena tidak mungkin manusia yang hidup di muka bumi ini tidak memiliki masalah, dan kita pun tidak bisa menghindari masalah tersebut.

Sesuatu hal atau bahkan pelajaran  yang dapat aku simpulkan  dari perkataan  tadi yaitu bahwasannya masalah itu merupakan hal dimana kita belajar dan memahami arti hidup kita sendiri saat ini. 
Karena dengan adanya masalah, kita berusaha belajar bagaimana caranya kia menyikapi, menjalankan, dan menyelesaikan masalah itu,  dengan adanya masalah juga, kita dapat memahami arti-arti kehidupan, bahwa sesungguhnya hidup ini indah apabila kita menjalaninya dengan ikhlas dan kesenangan hati, dan sesungguhnya Allah itu  memberikan suatu masalah kepada umatnya itu pertanda sayang kepada kita, dengan menguji kesabaran kita, keimanan kita, dan kecintaan kita terhadap-Nya.

Aku pun baru menyadari satu hal, apabila kita sedang diberikan suatu masalah oleh yang diatas, perlu kita syukuri, jangan selalu mengeluh, dan hadapi masalah itu dengan lapang dada dan senang hati, karena itu merupakan satu hal yang dapat meringankan masalah yang kita hadapi, dengan begitu masalah tersebut akan cepat terselesaikan.

Apabila dikaitkan dengan ilmu kedokteran maka faktor utama yang menyebabkan seseorang sering terkena gangguan mental ataupun kesehatannya itu dikarenakan stress, dan stress itu diakibtkan oleh banyaknya masalah yang tidak terselesaikan, atau bahkan akibat masalah yang berlarut-larut tak terselesaikan…
Oleh karena itu hadapilah masalaha itu dengan ikhlas dan hati yang tenang, tetapi  jangan diamkan masalah itu, apalagi sampai berlarut-larut, berusahalah  untuk mencari jalan keluar dari masalah yang kita hadapi dengan pikiran yang tenang. Jangan lupa juga untuk terus berdoa, dan jangan jadikan masalah itu sebagai alasan ntuk kita menyalahkan apalagi membeci Allah S.W.T.


KEEP SMILE..... !